Monday, August 10, 2009

Batik Komar, warisan leluhur yang terlukis di atas kain

Hanya dengan 1 jam, aku dapat menambah wawasan mengenai salah satu budaya bangsa.
Mendaki gunung lewati lembah.....(OST Ninja Hattori).
Entah kenapa lagu itu terus terngiang-ngiang di telingaku ketika rombongan kami menuju Workshop Batik Komar yang berlokasi di Komplek Cibeunying Permai, Bandung. Mungkin agak berlebihan jika dibilang harus mendaki gunung dan melewati lembah, tetapi infrastruktur jalan menuju lokasi memang diisi dengan tanjakan yang bisa terbilang curam.

Siang itu cuaca sangat terik, tetapi seketika berubah menjadi segar ketika kami memasuki lingkungan workshop Batik Komar. Kami disambut dengan hangat oleh sang pemilik, yaitu Bapak Komarudin. Nuansa Jawa sangat kental di workshop ini, bisa dilihat dari ukiran-ukiran kayu yang berada di pintu dan serta jendela pada beberapa bangunan. Salah satu hal unik yang kutemukan adalah semua pegawai penerima tamu memakai seragam batik, benar-benar menandakan bahwa ini adalah area Batik.

Di area yang luas itu terdapat sebuah lapangan bulu tangkis serta beberapa bangunan yang memiliki fungsi masing-masing. Yang pertama adalah bale-bale yang berada di sebelah kanan gerbang, hanya berupa lahan bertegel yang diberi atap, tempat yang tepat untuk menikmati segarnya udara Bandung. Hanya beberapa langkah dari situ terdapat lokasi pembuatan cetakan batik yang berbahan baku dari tembaga. Agak masuk ke dalam terdapat gallery, dimana kita dapat membeli kenang-kenangan berupa baju atau kain yang tebuat dari batik. Bergeser ke kiri, di lantai 2 terdapat mess tempat tinggal para karyawan, tidak ketinggalan sebuah mushola yang tampak terawat dengan baik. Di seberang mushola terdapat rumah panggung yang unik, sering digunakan oleh sang pemilik untuk menerima tamu, serta sebuah panggung kecil dangan spanduk yang bertuliskan " Batik Komar, The Longest Indonesian Batik Art in The World".
Sedikit menilik kebelakang, Batik Komar merupakan usaha turun temurun keluarga dari H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds yang berasal di desa Trusmi yang dikenal sebagai sentra industri kerajinan batik di Cirebon. Kedua orang tua Pak Komar adalah pedagang batik keliling dan sudah memperkenalkan beraneka ragam desain batik kepada putranya sedari kecil. Untuk lebih memajukan usaha keluarganya, Pak Komar pun berhijrah ke Bandung untuk menuntut ilmu. Gelar Sarjana beliau dapatkan di FISIP UNPAD, jurusan Hubungan Internasional kemudian dilanjutkan ke FSRD ITB jurusan Desain untuk program Magister.

Batik Komar didirikan pada tahun 1998, mengambil nama panggilan sang pemilik di lingkungan keluarga dan teman-temannya. Dari awal berdiri sampai sekarang tidak sedikit penghargaan yang sudah diraih, antara lain adalah masuk ke dalam Guiness Book of Record pada tahun 2005 karena berhasil membuat batik terpanjang di dunia (mengelilingi Gedung Sate dengan corak batik berdasarkan kebudayaan dari Sabang sampai Merauke). Sekarang Batik Komar bisa dikategorikan sebagai usah besar karena sudah memiliki pegawai sejumlah 400 orang yang disebar di seluruh workshop dan showroom.

Suasana sangat menyenangkan ketika beliau dengan antusias menjawab semua pertanyaan yang kami ajukan mengenai batik. "Yang membedakan batik dengan bahan bercorak lainnya adalah batik menggunakan lilin sebagai pelintang warna" ujar bapak dari 4 orang anak itu. Untuk mendapatkan batik yang sesuai baik itu desain atau warna, harus melalui beberapa proses. Secara garis besarnya adalah proses penggambaran kain dengan lilin (ngelowong), pewarnaan (terdiri dari beberapa tahapan) dan pelepasan lilin (lorod). Proses ngelowong terbagi dua, yaitu dengan cara dicetak/cap dan ditulis. Di workshop Batik Komar, pembuatan batik menggunakan cap lebih mendominasi dibandingkan dengan batik tulis.

Untuk memuaskan rasa keingintahuan yang memuncak, kamipun diajak berkeliling tempat pembuatan batik yang berada di belakang. Lokasi pertama adalah tempat pembuatan cetakan/cap berdasarkan desain yang terlebih dahulu dibuat dengan komputer. Bahan utama cap adalah lempengan tembaga tipis (0.25 - 0.5 mm) yang konon katanya berasal dari potongan-potongan sisa kabel proyek PLN yang dipipihkan di daerah Tegal. Lempengan tembaga ini harus memiliki ketipisan yang sama, kemudian dipotong dengan ukuran yang sama (sekitar 1 cm). Agar potongan lurus dan untuk menghindari perbedaan ukuran, sebelum dipotong lempengan tembaga tersebut diberi garis terlebih dengan alat yang diberi nama jangka. Proses pembuatan cap ini membutuhkan ketekunan serta ketelitian dari sang pembuat. "Satu cetakan bisa selesai dalam waktu 2 minggu", terang sang pemilik.

Puas dengan penjelasan mengenai pembuatan cap, kamipun melanjutkan ke proses ngelowong dengan menggunakan cap (pencapan), tahap awal pembuatan batik cap. Di ruangan yang memiliki aroma yang khas dan udara yang "hangat" ada 11 bilik, didalamnya terdapat pekerja laki-laki yang bertugas mencap lilin ke bahan dengan menggunakan cap berukuran 18x18 cm. Masing-masing pekerja bisa selesai mencap 1 helai kain berukuran 2.85 m dalam sehari. Kesulitan yang paling sering ditemui pada proses ini adalah menuangkan pola yang berkesinambungan ke dalam bahan berukurunan 2,85 m. Ditengah udara yang "hangat" dan bau, ada sebuah hal yang menggelitik dan membuatku tertawa. Ada seorang pekerja yang menempelkan gambar (bukan poster) penyanyi muda berbakat Indonesia, yaitu Bunga Citra Lestari. "Biar ngecapnya lebih semangat mbak..", ujar pemuda itu. Sungguh polos ucapan yang keluar dari mulutnya.

Tak jauh dari ruang pencapan, tampak 3 orang gadis yang dengan lemah lembut menuliskan corak ke sehelai kain. Inilah proses awal dari batik tulis. Sangat berbeda dengan batik cap, pengerjaan batik tulis jauh lebih memakan waktu, yaitu lebih dari 1 minggu untuk sehelai batik. Yang membuat kuterperangah adalah mereka hanya membutuhkan waktu sekitar 2 bulan untuk belajar menulis pola/motif di atas kain. Benar-benar waktu yang tergolong singkat untuk belajar hal rumit! Dalam proses penulisan motif, terdapat proses yang benar-benar menonjolkan sisi feminin dari gadis-gadis tersebut. Yaitu proses peniupan canthing setelah mereka memasukan lelehan lilin ke dalam canthing.

Perjalanan dilanjutkan ke proses selanjutnya, yaitu proses pewarnaan. Proses ini dilakukan dengan cara membentang kain dengan menggunakan kayu sebagai sanggahan, yang kemudian perlahan-lahan dioleskan cairan pewarna sampai seluruh bagian terlapisi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses pewarnaan ini diulang beberapa kali sampai jadi komposisi warna batik yang sesuai dengan yang diinginkan.

Pemberhentian terakhir adalah ruang kerja dari Pak Komar yang bersebelahan dengan ruangan yang digunakan sebagai gudang. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah komputer dan kumpulan koleksi cap dengan berbagai desain yang tersusun rapi pada beberapa rak bertingkat berdasarkan kategori desain. “Sekitar 150 desain sudah saya daftarkan sebagai hak cipta” ujar sang pengurus Yayasan Batik Indonesia. Tidak jarang ada beberapa daerah meminta untuk dibuatkan motif batik yang sesuai dengan kebudayaan mereka. Dan hal tersebutlah yang membuat Batik Komar semakin dikenal seantero tanah air bahkan manca negara.

Umumnya, batik tulis memiliki harga jual yang jauh lebih mahal dibanding dengan batik cap. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada Batik Komar yang lebih banyak memproduksi batik cap. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh Batik Komar sudah diakui oleh berbagai pihak. Tidak sedikit daerah yang meminta untuk dibuatkan motif batik yang sesuai dengan jati diri daerah mereka. Keberhasilan Batik Komar dalam memperkenalkan batik sebagai budaya bangsa patut diacungi jempol, karena secara tidak langsung bisa memperlihatkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya.
Tour de Batik Komar diakhiri dengan senyum penuh kepuasan. Kepuasan karena sudah bisa mengenal lebih jauh Rumah Batik Komar dan mendapatkan ilmu dasar mengenai proses pembuatan batik, yang merupakan salah satu budaya bangsa. Tidak lupa, kamipun tidak pulang dengan tangan hampa, karena terdapat gallery yang menjual berbagai macam batik. Hmm, benar-benar perjalanan yang sesuai dengan slogan Rumah Batik Komar, yaitu Wisata Batik, Belajar dan Belanja.

No comments:

Post a Comment