Perjalanan panjang yang menghabiskan waktu lebih dari 7 jam, membuatku semakin penasaran akan indahnya tempat ini. Dan ternyata harapanku menjadi kenyataan.
Kulalui perjalanan yang terbilang panjang dengan tertidur lelap, sesekali terbangun karena guncangan keras akibat dari rusaknya jalan yang dilalui. Kami sampai ke Desa Sawarna, Banten sekitar pukul 4.30 pagi, suasana hening menyambut kedatangan kami. Masih dalam kondisi mengantuk, kami dikejutkan dengan Jembatan Goyang yang harus dilalui untuk mencapai lokasi penginapan. Penginapan yang tersedia bukanlah hotel berbintang, melainkan rumah penduduk yang disewakan, lebih dikenal dengan sebutan Home Stay. Tarif yang dipasang untuk semua Home Stay di desa ini seragam, yaitu 75 ribu per kepala, termasuk 3 kali makan (sarapan, makan siang dan makan malam).
Sesuai dengan rencana, aktivitas pertama adalah berburu matahari terbit di Pantai Ciantir. Pantai ini berada sekitar 300 meter dari penginapan. Di perjalanan sepintas aku melihat sebuah kandang yang terdapat beberapa kerbau, salah satunya yaitu kebo bule, sebutan untuk kerbau albino yang menggelitikku untuk mengabadikannya ke dalam foto. Tak lama kemudian sampailah kami ke Pantai Ciantir. Keindahan Pantai ini benar-benar diluar dugaanku sebelumnya. Pasir yang bersih, deru ombak yang menarik para pengunjung untuk sekedar bermain air, INDAH, sangat indah. Agak unik dalam berburu matahari terbit di desa ini, karena matahari mulai terbit agak siang dan menyembul diantara pepohonan kelapa. Prosesnya naiknya mataharipun cukup lama, sehingga bisa memuaskan hasrat kami untuk mengabadikannya ke dalam foto.
Di pinggir pantai tersebut terparkir beberapa perahu nelayan yang terjejer rapih, rupanya malam kemarin tidak ada nelayan yang pergi melaut. 50 meter agak kebelakang, terdapat tempat pelelangan ikan. Sayang sekali aku tidak berkesempatan melihat pelelangan ikan tersebut. Tak jauh dari situ terdapat bale-bale lokasi yang pas untuk sekedar berteduh dan berkumpul sambil menikmati suasana pantai yang menyenangkan.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri pantai yang indah menuju Tanjung Layar. Di tengah perjalanan, aku melihat beberapa kuli bangunan yang sedang menikmati sarapan di bawah pohon rindang. Mereka sedang membangun beberapa cottage di pinggir pantai. "Ini mah yang punya orang bule mba" ujar salah satu dari mereka. Ternyata orang luar lebih aware dengan keindahan alam Sawarna dibandingkan dengan orang-orang Indonesia.
Setelah berjalan sekitar 500 meter, tibalah aku di pantai yang bernama Tanjung Layar. Jarak antara pesisir dan pantai lumayan jauh, harus melewati aliran air yang didalamnya terdapat bintang laut. Dari kejauhan terdengar dengan jelas debur ombak yang pecah oleh karang. Di Tanjung Layar ini terdapat dua buah karang besar, pemandangan akan lebih jelas terlihat apabila kita menaiki salah satu dari karang tersebut. Ombak di Tanjung Layar tergolong sangat besar, sangat cocok untuk dijadikan lokasi surfing. Tidak jarang kami dikagetkan karena sisa-sisa ombak yang melewati karang-karang.
Dengan menyusuri pantai sepanjang 2 kilometer dari Tanjung Layar kita akan sampai ke sebuah pantai yang tidak kalah indahnya, yaitu Legon Pari yang merupakan tujuan terakhir penyusuran pantai siang ini. Pantai ini memiliki struktur pasir yang lebih halus dan bersih apabila dibandingkan dengan Pantai Ciantir. Lokasi yang sangat tepat untuk menikmati kelapa muda di tengah cuaca yang terik. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi sangat memanjakan dan membuatku tertidur pulas di salah satu bale-bale yang terdapat di pinggir pantai. Jika berjalan lebih jauh lagi ke arah timur, kita akan sampai ke Pantai Karang Taraje yang sama indahnya.
Perjalanan kembali ke penginapan juga tidak kalah menarik. Kami harus naik turun bukit serta melewati hamparan sawah yang hijau dan cantik. Trekking yang cukup melelahkan, tetapi kelelahan itu tertutupi dengan indahnya pemandangan di sepanjang jalan yang memanjakan mata. Dari indahnya warna biru pantai beralih ke hijaunya hamparan sawah, bisa dikatakan sebagai surga dunia.
Masih banyak lokasi wisata yang bisa dikunjungi di Desa yang hampir seluruh penduduknya menggunakan bahasa sunda ini. Salah satunya adalah Goa Lalay yang bisa ditempuh dengan trekking naik turun bukit, meniti pematang sawah dan menyebrangi sungai yang dangkal. Jarak yang harus ditempuh adalah sekitar 3 kilometer. Goa ini menyuguhkan pemadangan stalaktit dan stalaknit yang natural dan indah bila diterangi dengan cahaya dari lampu senter. Bagian dasar goa ini adalah lumpur yang memiliki ketebalan sekitar 10-15 sentimeter.
Tidak cukup kosakata yang bisa digunakan untuk menggambarkan keindahan desa Sawarna. Desa yang memiliki keindahan alam yang berlimpah, lokasi-lokasi wisata yang memberikan banyak kejutan-kejutan yang menarik.
NB. Foto-foto bisa dilihat di http://n3ngirma.multiply.com/
No comments:
Post a Comment